Be Location Intelligent: First Week Test

Sensasi yang menyenangkan. Selama satu minggu terakhir, saya berasa jadi Inspektur Parker (bukan nama sebenarnya), kepala kepolisian Distrik London, Inggris di abad ke-18. Banyak yang komplain ke kantor saya tentang maraknya kejahatan yang terjadi. Asli banyak bener. Sekretaris saya yang bahenol sampe bengkak-bengkak jarinya gara-gara ngetik laporan kejahatan yang masuk dalam seminggu terakhir.

Kok bisa? Haiah. Serius amat sih mbacanya. Peran inspektur itu murni cuma lagak-lagakan doank, tapi tool (software ini) yang saya pakai kedahsyatannya memang bukan isapan jempol.

Continue reading

Chicken Shit & Specialist

Photo Courtesy: From this web. Saya pernah berpikir, sebenernya apa yang sedang saya cari di dunia ini. Cieehhh… Lagi mode pertapa gunung kayanya nih. Ha3. Hussh. Serius ini pertanyaannya.. Mari kita merenung sejenak. Apakah waktu kita 24 jam tiap hari ini sudah digunakan sebagaimana mestinya? Diluar jam kerja (bagi yang bekerja, baik employee maupun self-employee), jam sekolah (bagi yang bersekolah), jam keluarga (bagi yang berkeluarga), apakah sisa waktu yang ada sudah kita manfaatkan dengan melakukan kegiatan-kegiatan berharga?

Pada suatu waktu, saya pernah menjalani lifestyle busuk super njijik i. Believe me, this is sucks. Saya sebut lifestyle ini dengan sebutan MTE. Honestly, saya paling benci (amit-amit) sama yang namanya siklus makan-tidur-eek-makan-tidur-eek-makan-tidur-eek. Terus menerus. Damn. Ngga beda jauh ama ternak. Otak jadi tumpul. Badan jadi buncit. Kehidupan sosial terganggu. Hidup tanpa misi dan tujuan jelas. Ngga tau mau ngapain. Ngga berguna buat orang sekitar. Bikin eneg yang ngliat.

Kok bikin eneg? Wajar, karena yang diliat orang-orang adalah pria dgn perut buncit, bangun tidur jam 12 siang (kaya abis kerja keras aja, padahal semalem ngga ngapa-ngapain, cuma bengong di depan laptop), sliweran ngga jelas, kecerdasan menurun drastis, diajak omong sering dongo, ngga nyambung, suka lupa mandi, bau badan busuk, tampang awut-awutan, ngga punya temen main, ngga punya pacar, kuper, tertutup, mengasingkan diri, ga punya misi, ngga punya pemasukan, masih ngemis minta duit, krisis kantong, krisis identitas dan seterusnya. Super-duper horror, sodara-sodara! Duh, ini ngetiknya aja ampe bergetar-getar saking bencinya.

I really, really hate this kind of lifestyle. And I despise it very, very much. Saya ngga tau kenapa saya bisa menjalani kehidupan ala chicken-shit macam begini, sampai akhirnya saya bertemu dengan penyala lilin saya, seorang dosen di kampus yang baru pulang ke Indonesia setelah berhasil mendapatkan gelar Ph.D nya. Kejadian ini udah terjadi beberapa tahun lalu. Saya bersyukur pernah ngobrol dengan beliau, bapak dosen yang inspiratif, karena momen itu menyelamatkan saya. Persis seperti katanya mas Iwan Setyawan di postingan lalu.

Continue reading

Redup-Terang dan Variasi Warna Bintang

“Eh liat tuh, bintang yang di sebelah selatan itu terang banget ya. Beda banget ama bintang yang di sebelah kanannya, yang redup itu. Terus, bintang yang di sebelah timur itu beda banget ya warnanya. Agak kekuning-kuningan. Padahal yang lain warnanya biru. Ada bintang Golkar diimpit ama bintangnya Demokrat. Ha3. Khas sekali percakapan ala orang Indonesia. Pakai bawa-bawa partai segala”. 😀

SKALA MAGNITUDO BINTANG-BINTANG

Ketika ahli astronomi membicarakan tingkat gelap-terangnya nyala suatu bintang bila dibandingkan dengan bintang yang lainnya, mereka sebenarnya berbicara tentang magnitudo, sebuah ukuran brightness objek-objek angkasa. Seberapa terang suatu objek tampak di mata pengamat sangat tergantung pada kekuatan nyala objek tersebut dan jarak objek dari mata pengamat. Para ahli astronomi membagi nilai magnitudo ini menjadi dua kategori ukuran, yakni magnitudo absolut (absolute magnitude / M), yang merupakan ukuran seberapa banyak cahaya yang dikeluarkan objek angksa dan magnitudo semu (apparent magnitude / m), yang merupakan ukuran seberapa terang objek angkasa tampak di mata pengamat.

Biar lebih gampang memahaminya, kita pakai analogi berikut. Kita pergi ke Toko Babah A Cong untuk membeli dua buah lampu 100 watt. Merknya sama. Pabriknya sama. Kekuatan nyalanya juga sama. Dengan kata lain, kedua lampu tersebut memiliki nilai magnitudo absolut (M) yang sama (100 watt). Kemudian kita lakukan percobaan berikut. Satu lampu kita taruh 100 meter di depan kita, sementara lampu yang lainnya kita taruh 1 kilometer di depan kita. Mana yang keliatan lebih terang di mata kita? Tentunya lampu yang 100 meter di depan kita yang kelihatan lebih terang. Lampu yang dekat dengan kita sebagai pengamat ini memiliki nilai magnitudo semu (m) yang lebih besar dibandingkan dengan nilai magnitudo semu lampu yang lebih jauh tadi.

Continue reading

Konstelasi dan Penamaan Bintang-Bintang

Salah satu objek pengamatan kita dalam “Penjelajahan Galaksi”  adalah konstelasi. Apakah konstelasi itu? Konstelasi adalah kumpulan bintang-bintang yang terbagi ke dalam kelompok-kelompok tertentu, yang tampak saling berdekatan secara VISUAL (dari mata pengamat, dalam hal ini adalah kita yang berdiri di bumi).

Pengelompokan bintang-bintang dilakukan secara arbitrary, dimana kebudayaan yang berbeda-beda memiliki konstelasi yang juga berbeda. Dalam beberapa kebudayaan, konstelasi yang bermacam-macam itu seringkali diasosiasikan dengan mitologi-mitologi lokal yang berkembang. Sebagai contoh, konstelasi Beruang Besar (Ursa Major), yang seringkali disebut juga sebagai konstelasi Sendok Besar, Gagang Wajan atau bahkan konstelasi Cangkul. Aduh, menurut saya pribadi nama Beruang Besar jauh lebih keren untuk disebut 😀

Continue reading